Dari Titik Nol Kami Mengajar, Dari Sini Indonesia Belajar

- Tim

Selasa, 7 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suasana kolaboratif dalam salah satu sesi Pesta Pendidikan Rote Malole 2025. Para guru yang tergabung dalam gerakan Guru Rote Belajar (GRB) berdiskusi aktif untuk berbagi praktik baik dan meningkatkan kapasitas sebagai pendidik di Rote Ndao | FOTO\.istimewa

Suasana kolaboratif dalam salah satu sesi Pesta Pendidikan Rote Malole 2025. Para guru yang tergabung dalam gerakan Guru Rote Belajar (GRB) berdiskusi aktif untuk berbagi praktik baik dan meningkatkan kapasitas sebagai pendidik di Rote Ndao | FOTO\.istimewa

ROOLNEWS.ID – Setiap hari, di ruang kelas di Rote Ndao, kami para guru berhadapan dengan sebuah kenyataan, kami berada di titik paling selatan Indonesia, sebuah “titik nol” yang seringkali terasa seperti titik akhir dalam rantai kebijakan pendidikan. Namun, sebuah diskusi yang digagas oleh komunitas anak muda kami sendiri, Rote Bergerak, baru-baru ini mengubah perspektif itu. Diskusi bersama gerakan Bantu Guru Belajar Lagi (BGBL) menjadi penanda, bahwa titik nol bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perubahan besar.

​Apa yang disampaikan oleh Dhoni, Naomi, dan Iksan dari BGBL bukanlah sekadar teori dari Jakarta, melainkan gema dari kegelisahan yang kami rasakan. Pernyataan Naomi tentang pendidikan yang terlalu “Jakarta-sentris” dan kebijakan yang tidak kontekstual adalah validasi atas apa yang kami alami. Kami mendidik anak-anak Rote dengan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang kami miliki, dan sudah saatnya pendidikan menemukan kembali akarnya di sini, di tanah kami.

​Bagi saya, fokus BGBL pada penguatan guru dan seluruh ekosistem pendidikan adalah sebuah angin segar. Selama ini, tantangan kami bukan hanya soal fasilitas fisik yang terbatas—meski itu nyata—tetapi yang lebih esensial, seperti kata Iksan, adalah soal pembangunan manusianya. Guru butuh motivasi, kompetensi, dan dukungan. Ketika BGBL datang untuk membersamai kami, mereka tidak datang untuk menggurui, tetapi untuk belajar bersama kami. Ini mengembalikan marwah dan semangat kami sebagai pendidik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

​Dampak nyata yang kami lihat di sekolah-sekolah dampingan adalah buktinya. Pembelajaran yang tadinya mungkin berjalan seadanya, kini menjadi lebih hidup dan variatif. Anak-anak kami menjadi lebih senang belajar. Ini bukan keajaiban, melainkan hasil dari pendekatan yang manusiawi, seperti penerapan Disiplin Positif. Mengganti pola didik keras dengan teladan yang positif adalah sebuah langkah revolusioner. Ini adalah pengingat bagi saya, dan kita semua, bahwa mendidik tidak harus dengan kekerasan, karena anak adalah peniru ulung dari apa yang mereka lihat pada orang dewasa di sekitarnya.

​Momen paling membanggakan adalah ketika semangat ini melahirkan gerakan dari rahim lokal, Guru Rote Belajar (GRB). Dengan keterlibatan 148 SD dan 61 fasilitator dari 11 kecamatan, GRB adalah penegasan bahwa kami tidak lagi hanya menjadi objek, melainkan subjek dari perubahan pendidikan kami sendiri. Rencana penyelenggaraan Pesta Pendidikan Rote Malole 2025 adalah perayaan atas kemandirian dan kolaborasi yang telah kami bangun bersama.

​Gerakan ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan tidak diukur dari jarak geografis ke pusat kekuasaan. Kualitas lahir dari komitmen untuk terus belajar dan berbagi, dari sinergi yang tulus antara guru, orang tua, pemerintah, dan komunitas.

​Seperti yang dituturkan Naomi, perubahan besar bisa lahir dari hal-hal kecil, dari ruang belajar di rumah atau komunitas. Dan seperti refleksi penutup dari Iksan, ketika semua pihak mau belajar bersama, itulah tanda perubahan sejati sedang terjadi.

​Dari titik nol selatan Indonesia, dari Rote Ndao, kami tidak lagi hanya mengajar. Kami sedang menunjukkan kepada Indonesia, bagaimana pendidikan yang berakar pada budaya, berdaya, dan berpihak pada anak seharusnya bertumbuh.

Penulis :Antonetta Maryanti Lengo (Anggota KAMu Rote Ndao, Pengelola Rumah Baca Lekunik, dan Guru SMA Kristen Isra Rote Ndao)

Editor :Redaksi

Berita Terkait

Dari Rote Ndao, Masa Depan STEM Indonesia Dimulai
Mengapa Produk Lokal Kita Seringkali ‘Mati Suri’? Sebuah Refleksi dari Anyaman Rote
OPINI

Berita Terkait

Selasa, 7 Oktober 2025 - 12:57 WITA

Dari Titik Nol Kami Mengajar, Dari Sini Indonesia Belajar

Selasa, 16 September 2025 - 02:56 WITA

Dari Rote Ndao, Masa Depan STEM Indonesia Dimulai

Sabtu, 6 September 2025 - 12:41 WITA

Mengapa Produk Lokal Kita Seringkali ‘Mati Suri’? Sebuah Refleksi dari Anyaman Rote

Berita Terbaru

Suasana kolaboratif dalam salah satu sesi Pesta Pendidikan Rote Malole 2025. Para guru yang tergabung dalam gerakan Guru Rote Belajar (GRB) berdiskusi aktif untuk berbagi praktik baik dan meningkatkan kapasitas sebagai pendidik di Rote Ndao | FOTO\.istimewa

Berita Opini

Dari Titik Nol Kami Mengajar, Dari Sini Indonesia Belajar

Selasa, 7 Okt 2025 - 12:57 WITA