ROOLNews • Pemerintah desa dan kelurahan di Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao melakukan sejumlah terobosan dalam rangka menangani stunting, guna mencapai target yang ditetapkan Gubernur NTT 10 persen di tahun 2024.
Bupati Rote Ndao Paulina Haning-Bullu melalui dinas teknis terkait, camat, dan para kepala desa terus berupaya melakukan aksi-aksi kovergensi stunting.
Salah satunya yang dilakukan Camat Lobalain beserta 3 lurah dan 14 kepala desa di wilayah tersebut melakukan sejumlah terobosan strategis dalam rangka penanganan stunting.
Hal tersebut disampaikan Camat Lobalain Nusry Zacharias yang ditemui di-sela-sela kegiatan Lokakarya Mini Percepatan Penurunan Stunting, yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Rote Ndao, di aula kantor Camat Lobalain Kamis (24/11/2022).
Ia mengatakan, di Kecamatan Lobalain sudah ada komitmen antara pemerintah kecamatan dengan para kepala desa dan lurah dalam rangka menurunkan angka stunting.
“Saya dan teman-teman kepala desa maupun lurah semua sudah berkomitmen untuk konsisten melakukan aksi-aksi konvergensi yang dilakukan secara berjenjang dari kabupaten hingga desa/kelurahan,” kata Nusry.
Menurutnya, pihaknya telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting yang melibatkan para kepala desa, lurah, tenaga kesehatan Puskesmas Ba’a, Babinsa, Bhabinkampibmas, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, serta kalangan dunia usaha dan akademisi.
Selain itu, kata dia, sudah disampaikan kepada setiap kepala desa untuk wajib membuat Peraturan Desa terkait penanganan stunting sesuai kearifan lokal masing-masing.
Dikatakan Nusry, ada beberapa terobosan yang dilakukan, di antaranya:
• Setiap warga pasangan usia subur yang hendak menikah harus disosialisasikan oleh Tim tentang gizi buruk, stunting, kesehatan ibu dan anak, pola asuh anak, dan asupan makanan bergizi bagi anak.
Tujuannya agar saat berumah tangga mereka dapat mengimplementasikan pola hidup sehat dan memberikan makanan bergizi bagi anak-anaknya. Karena stunting juga diakibatkan tidak mengonsumsi makanan bergizi.
“Kebanyakan masyarakat kita di desa sering berasumsi bahwa yang penting makan dan kenyang. Padahal yang paling penting apakah asupan makanan yang diberikan mengandung gizi atau tidak. Itu yang terkadang tidak pahami secara benar,” ujar Nusry.
• Setiap rumah tangga yang punya anak baduta dan balita, entah anaknya stunting atau tidak, wajib punya kebun gizi di pekarangan masing-masing.
“Harus ada kebun sayur di pekarangan rumah. Jadi mau makan sayur tidak lagi pergi beli di pasar. Karena sayur itu punya kandungan gizi,” katanya.
• Tim Percepatan Penurunan Stunting kecamatan maupun desa di wilayah Kecamatan Lobalain memberikan konseling kepada pasangan nikah.
“Bagi pasangan yang mau menikah di Lobalain, saat mereka memasukan dokumen pernikahan, tim percepatan penurunan stunting tingkat kecamatan dan desa/kelurahan wajib memberikan pemahaman,” ujar Nusry.
• Khusus bagi baduta dan balita yang lahir stunting, maka wajib Tim Percepatan Penurunan Stunting kecamatan dan desa, setiap satu bulan melakukan monitoring.
Tujuan dilakukan monitoring setiap bulan adalah untuk memastikan ibu menyusui memberikan ASI eksklusif kepada anak-anak karena ASI eksklusif yang diberikan hingga 2 tahun dapat menjaga tumbuhkembang anak dengan baik.
“Kita tidak bisa menjadikan Pemberian Makan Tambahan (PMT) sebagai tolok ukur penurunan stunting. Tetapi bagaimana kita merubah mindset dari ibu menyusui supaya anak-anaknya jangan stunting,” tegas Nusry.
Masih menurutnya, Tim Percepatan Penurunan Stunting Kecamatan Lobalain telah melakukan rapat dengan Dinas P3AP2KB, dan sudah disampaikan strategi dan inovasi yang dilakukan dalam rangka penurunan angka stunting di Kecamatan Lobalain.
Diharapkan strategi dan inovasi ini dapat memberikan motivasi kepada orang tua agar memperhatikan pola makan anak dengan baik dan tepat waktu. Sehingga, angka stunting di Kecamatan Lobalain bisa menurun dan memenuhi target yang ditetapkan. (team)