ROOL • Memperingati Hari Reformasi Protestan ke 502 yang jatuh pada setiap 31 Oktober, Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Efata Lekioen melaksanakan ibadah di Pantai Tiang Bendera, desa Baadale, kecamatan Lobalain, Rote Ndao.
Pelaksanaan kebaktian tersebut bukan saja Hari Reformasi Protestan tapi juga dalam rangka memperingati HUT GMIT ke 72 dan Penutupan Bulan Keluarga.
Puncak perayaan ini ditandai dengan ibadah yang dipimpin Pendeta Ice Afroni Oeina-Nitte,S.Th, Kamis (31/10) di Pantai Tiang Bendera.
Kegiatan ibadah ini bertujuan sebagai rasa syukur serta refleksi bersama dan hidup sebagai bagian dari gereja, Reformasi (Protestan).
Menurut Pendeta Ice, tujuan reformasi bukan memecah belah gereja melainkan menemukan gereja sejati, satu tubuh kristus yang dipersatukan dalam Baptisan dan perjamuan kudus. serta bersama-sama menjalankan panggilan kesaksian dan pelayanan serta peribadatan.
“pada dasarnya Reformasi bukan untuk memecah belah gereja melainkan menemukan Gereja sejati. Satu tubuh Kristus yang dipersatukan dalam Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus, serta bersama-sama menjalankan panggilan kesaksian dan pelayanan” Pesan Pendeta Ice.
Sementara itu, salah satu pemuda Gereja Efata Lekion, Nelma Sooai kepada ROOL mengatakan dengan bertambahnya usia Reformasi Protestan dan Gereja Masehi Injili di Timor maka Jemaat Gereja Efata Lekioen semakin bertumbuh dalam iman.
“selain bertumbuh dalam iman, juga selalu menjaga keutuhan Gereja sebagai tubuh Kristus, saling melengkapi serta semakin berkarya dalam pelayanan dan beribadah,” Jelas Nelma.
Untuk diketahui, selain Gereja Efata Lekioen, Jemaat Gereja Elim Mbaoen di Busalangga Barat juga menggelar ibadah bersama Jemaat dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) Reformasi Protestan yang ke 502, HUT Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) yang ke 72 dan HUT Gereja Elim Mbaoen ke 51.
Di sela-sela ibadah di Padang Mbaoen, Pendeta Untung P. Setiawan, S.Th, berpesan pada momentum perayaan Reformasi Protestan yang ke 502 ini agar Jemaat jangan saling membeda-bedakan, atau mengkotak-kotakan kehidupan diri dari gereja, karena perubahan itu dimulai dari diri Jemaat sendiri.
“perubahan atau reformatif harus dimulai dari diri sendiri dan tidak mengkotak-kotakan diri dari gereja.,” tutur Pendeta Untung. (*/mbp)