Waingapu, (ROOL)- Pilihan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur untuk membuka ruang seluas-luasnya kepada para investor untuk menanamkan modalnya di wilayah Sumba Timur, karena selama ini investasi yang ada hanya investasi pemerintah yang hanya menghasilkan barang-barang publik, seperti jalan, jembatan, irigasi, air bersih, pustu, polindes, sekolah.
Hal itu disampaikan Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora dalam acara tatap muka dengan sejumlah wartawan media cetak, online, dan elektronik di ruang kerja Bupati Sumba Timur, Senin (19/11).
Dikatakan Gidion, peluang kerja bagi masyarakat pada investasi pemerintah itu paling lama hanya tiga sampai empat bulan saja, selanjutnya akan menganggur lagi. Sehingga, dibutuhkan investasi swasta, agar masyarakat kita yang bekerja di situ mempunyai penghasilan dalam kurun waktu yang lama, hingga lima atau 10 tahun sepanjang dia bekerja di perusahaan investasi tersebut.
Dijelaskan Gidion, perusahaan yang sudah berjalan saat ini, seperti PT MSM yang bergerak di bidang perkebunan tebu terintegrasi dengan pabrik gula, PT SAS di bidang perkebunan cengkeh, PT PAS dan PT LAS yang melakukan investasi dalam bidang perkebunan jarak kepyar (castor), PT Asia Beef di bidang peternakan sudah memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Selain itu, kata Gidion, masih ada sejumlah investor bidang pariwisata yang akan berinvestasi, salah satunya di antaranya telah mendapat izin pinjam pakai kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan untuk dibangun resort di Pantai Tarimbang, serta beberapa investor yang akan membangun resort di sepanjang garis pantai wilayah timur, mulai dari Walakiri, Laipori, Wanga, Rindi, hingga Waijelu.
Terkait sejumlah permasalahan yang timbul sebagai akibat dibukanya peluang bagi investasi, kata Gidion, merupakan riak-riak yang biasa terjadi dalam investasi di mana saja. Namun, sepanjang investasi yang masuk itu berjalan sesuai koridor aturan, maka pemerintah daerah akan terus memberikan ruang bagi investor untuk bersama pemerintah daerah membangunan daerah ini.
Menurutnya, terkait lokasi seperti saat ini yang digunakan PT MSM, jika dilihat memang katanya tanah ulayat, tapi lahan itu sejak Tuhan ciptakan tidak digunakan. Dahulu, memang hewan milik warga keturunan China ada banyak, namun sekarang hampir tidak ada lagi hewan di sana.
“Sejak diciptakan tanah itu tak dimanfaatkan dan sekarang sudah ada Investasi yang bagus dan memiliki prospek yang bagus untuk daerah ini. Sehingga, pemerintah membuka peluang investasi swasta untuk bersama-sama membangun daerah ini,” ungkap Gidion.
Gidion juga mensyaratkan kepada PT MSM dan semua perusahaan investasi lainnya di Sumba Timur, agar harus mengurus NPWP di Sumba Timur, sehingga pajaknya di bayar di Sumba Timur tidak bayar di tempat lain.
Wakil Bupati Umbu Lili Pekuwali meminta kepada rekan-rekan media melihat secara proporsional persoalan yang timbul akibat hadirnya investasi karena pada dasarnya lahan yang disepakati oleh masyarakat bersama investor itu sebagain besar adalah bukan lahan produktif. “Tidak pernah pemerintah membuat atau memetakan sebuah wilayah yang masuk dalam lahan produktif untuk kegiatan investasi,” kata Umbu Lili.
Menurut Umbu Lili, manfaat kehadiran investor yang sudah dirasakan antara lain terbukanya lapangan kerja. Data terakhir yang kami dapat dari Dinas Nakertrans sekitar 3.000-an lebih tenaga kerja yang terserap di perusahan itu.
“Itu baru yang bekerja di perusahaan saja, belum kita bicara masyarakat yang punya usaha sampingan di luar akibat adanya aktivitas perusahan di wilayah mereka. Kalau dilihat sekarang bertumbuhnya usaha-usaha rumah tangga seperti kios, warung makan, dan toko,” kata Umbu Lili.
Selain itu, kata dia, semua perusahan investasi diwajibkan pemerintah membayar gaji melalui rekening bank yang akhirnya mewajibkan para pekerja untuk memiliki rekening sehingga bisa menabung.
Ia juga mengatakan, ada dampak positif lainnya bagi sejumlah wilayah yang masuk dalam klasifikasi yang cukup susah untuk adanya lapangan pekerjaan yang baru dan juga daerah yang dulu terdampak pada khususnya ketersediaan pangan.
“Biasanya pada bulan begini kita biasa ramai dengan berita orang gali Iwi karena rawan pangan, mamun sekarang tidak ada. Ini bukan kami mau katakan bahwa tidak ada orang lagi yang masuk hutan cari Iwi, tetapi masyarakat sudah punya pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan dasar karena lokasi-lokasi investasi itu bertepatan dengan wilayah yang biasa terjadi rawan pangan itu,” ungkap Umbu Lili.
Dikatakan Umbu Lili, pemerintah sangat berharap agar investasi yang ada di Sumba Timur ini tetap berjalan dengan baik dan masih bisa beroperasi, sehingga pasti akan bisa membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. (*tim)