ROOLNEWS • Akibat kemarau panjang melanda, hampir sebagian Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini, dilaporkan sekitar 56 desa/kelurahan yang tersebar di 10 wilayah kecamatan, terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.
Bupati Rote Ndao Paulina Haning-Bullu didampingi Wakil Bupati Stef M Saek yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (31/7) mebenarkan bahwa sesuai laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), 56 desa yang berpotensi mengalami ancaman kekeringan dan krisis air bersih tersebut tersebar di Kecamatan Rote Timur tujuh desa, Landu Leko tiga desa, Pantai Baru lima desa, Rote Tengah tiga desa, Rote Selatan lima desa, Lobalain tiga desa, Rote Barat Laut tujuh desa, Rote Barat Daya 15 desa, Rote Barat tiga desa, dan Ndao-Nuse lima desa.
“Kemarau panjang yang terjadi berakibat berkurangnya debit air, sehingga menimbulkan ancaman kekeringan dan otomatis terjadi kekurangan air bersih yang dialami masyarakat 56 desa/kelurahan. Selain itu, ancaman gagal tanam dan gagal panen juga menghantui masyarakat petani dan peternak di Rote Ndao,” ujar Paulina.
Menurutnya, langkah antisipasi yang dilakukan Pemkab Rote Ndao, di antaranya menyerukan kepada kepala desa/lurah yang wilayahnya terdampak kekeringan untuk menggunakan sumber air bersih yang ada di wilayah masing-masing secara efektif untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau ini.
Selain itu, melalui camat diimbau kepada para kepala desa/lurah untuk sedapat mungkin (bila dimungkinkan), menggunakan Dana Desa (DD) untuk membantu menyalurkan air bersih dengan mobil tangki air milik Pemkab Rote Ndao bagi warga yang mengalami krisis air bersih. “Ada mobil tangki air milik Pemkab yang dapat digunakan untuk mendistribusi air bersih bagi warga yang mengalami krisis air bersih. Desa tinggal berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengoperasikan mobil tangki air milik Pemkab untuk melayani masyarakat, namun tentunya desa menyiapkan biaya BBM-nya,” kata Bupati.
Langkah antisipasi lain, kata Paulina, Pemkab menyediakan bibit sebagai penganti gagal tanam dan gagal panen yang mungkin akan terjadi. Untuk bantuan bibit cuma-cuma ini ada syaratnya, yakni pemerintah desa harus membuat laporan kepada Pemkab melalui dinas terkait, sehingga dapat diketahui persis warga yang mengalami gagal tanam dan gagal panen by name by address.
“Pembagiannya akan sesuai dengan mekanisme, dan penyuluh akan turun untuk melakukan pendataan dan cross check di lapangan, supaya diketahui persis di mana dan siapa saja yang gagal tanam dan gagal panen. Ini dimaksudkan agar sentuhan pelayanan pemerintah tidak salah sasaran,” katanya.
Masih menurut Paulina, dirinya sudah melakukan pendekatan ke Badan Geologi dan ESDM untuk mecari bantuan pembangunan sumur bor untuk mengatasi masalah kekeringan jangka panjang. Namun untuk tahun 2019 ini sudah ditetapkan bantuan 30 unit untuk seluruh NTT, sehingga disarankan untuk bertemu Gubernur NTT untuk berkoordinasi dalam penetapan alokasi bantuan tersebut.
“Kami sudah bertemu dengan Gubernur NTT, sehingga mudah-mudahan tahun 2019 ini Rote Ndao dapat alokasi satu atau dua unit sumur bortersebut. Kalau untuk tahun 2020, sudah pasti Rote Ndao akan mendapat jatah karena Badan Geologi dan ESDM sudah komit untuk membantu,” katanya.
Wakil Bupati Stef M Saek menambahkan, sesuai pegamatan di lapangan yang dilaksanakan BPBD dan Dinas Pertanian bahwa debit air sudah mulai menurun, sehingga masyarakat sudah mulai berbondong-bondong angkut air minum dengan menggunakan kendaraan roda dua.
“Memang kondisinya belum sampai pada titik paling kritis, tetapi di lapangan masyarakat sudah mulai mengambil air minum dengan jerigen dari sumber-sumber air yang jaraknya cukup jauh menggunakan sepeda motor. Sedangkan untuk mandi dan cuci, warga biasa langsung ke sumber airuntuk mand dan cuci,” katanya.
Ia menambahkan, apabila terus berlanjut dan dalam dalam penilaian BPBD sebagai OPD teknis mengatakan kondisi tersebut sudah masuk dalam kategori bencana, maka pemerintah akan menetapkan sebagai bencana,
Untuk diketahui, sesuai laporan BPBD, wilayah kecamatan yang mengalami ancaman kekeringan dan krisis air bersih terbesar adalah Kecamatan Rote Barat Daya, yakni 15 desa, antara lain Oebou, Lentera, Sanggandolu, Oebafok, Lekik, Oeseli, Batutua, Oetefu, Landu-Thie, Dalek Esa, Oehandi, Meoain, Dolasi, dan Oelasin. Di Kecamatan Rote Rote Barat Laut, di Desa Saindule, Mundek, Lidor, Oebela, Busalangga Barat, Daudolu, Tolama, Netenaen, dan Holulai. Kecamatan Rote Barat di Desa Mbueain, Nembrala, dan Bo’a. Kecamatan Ndao Nuse secara keseluruhan, Kecamatan Rote Timur di Desa Papela, Lakamola, Faifua, Batefalu, Mukekuku, Pengodua, dan Hundihopo. Kecamatan Landu Leko di Desa Lifuleo, Daurendale, dan Bolatena. Kecamatan Pantai Baru di Desa Edalode, Nusakdale, Batulilok, Oeledo, dan Fatelilo. Kecamatan Rote Tengah di Maubesi, Seubela, dan Siomeda. Sedangkan Kecamatan Rote Selatan di Daleholu, Nggelodae, Inaoe, Tebole, dan Lenguselu (Translok). (Adv Pemda Kabupaten Rote Ndao dan ROOL News Media)