ROOL • Wakil Bupati Rote Ndao, Jonas. C. Lun. S. Pd didampingi Kepala Kejaksaan Negeri Ba’a, Kapolsek Rote Barat, Ketua Majelis Rote Barat Daya dan Rote Barat Laut, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, para Maneleo, kepala desa, siswa-siswi SMAN 1 Rote Barat dan masyarakat dua desa yakni desa Oenitas dan Nemberala hadir di kantor camat Rote Barat untuk bersama sama melakukan deklarasi perdamaian dihadapan pemerintah, tokoh agama dan tokoh adat di wilayah tersebut. Deklarasi kedua belah pihak ini tidak dipaksakan oleh pihak manapun namun atas dasar kesepakatan bersama antar pemuda/i di daerah itu.
Terpantau, Sabtu (5/8/17) sebelum melakukan penandatanganan deklarasi damai, pertemuan ini diawali dengan sambutan dari perwakilan kedua pemuda di Oenitas dan Nemberala, perwakilan orang tua dari pemuda Oenitas dan Nemberala,perwakilan Maneleo dari desa Oenitas dan Nemberala, kepala desa, Kejaksaan Negeri Ba’a, Wakil bupati dan suara Gembala dari Tokoh agama. Selain sambutan, terdapat pula vokal grup, lagu yang mereka pentaskan adalah lagu lagu perdamaian. Kemudian ditutup ibadah syukuran yang dipimpin oleh PDt. Masa Tony Nalle dengan do’a bersama dipimpin oleh Pdt. Elisabeth Pello dan ditandai dengan makan siang bersama.
Adapun salah satu poin penting dari deklarasi damai ini adalah sepakat bahwa mendamaikan perselisihan antara pemuda Nemberala dan Oenitas diselesaikan dengan hukum adat dan tidak terulang lagi.
Perwakilan pemuda Oenitas, Anis Lenggu dalam kesempatan ini mengatakan bahwa konflik antar pemuda Nemberala dan Oenitas cenderung diselesaikan lewat ranah hukum bukan lewat hukum adat, sehingga sebagai pemuda mereka bersyukur atas kesepakatan dan deklarasi bersama dari kedua kelompok ini untuk menjawab persoalan persoalan yang belum diselesaikan menjadi damai. “mari jadikan ini sebagai satu acuan ataukesepakatan tetap dan harus dipatuhi oleh semua pemuda di Rote Barat untuk mengatasi setiap konflik yang kami buat dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Perwakilan orang tua pemuda desa Nemberala, Welhelmus Dethan, mengatakan pertikaian antar kedua pemuda ini bukan baru pertama kali tetapi sudah berulang-ulang bahkan pada saat kejadian sudah terjadi sampai tumpah darah sehingga yang dibutuhkan adalah kesadaran orang tua, pemerintah desa dan kecamatan, keamanan, para pendidik,gereja dan stakeholder lainnya bergandengan tangan untuk sama sama mengingatkan, menasehati dan membimbing anak-anak muda ini dengan baik sehingga dapat tercipta kedamaian dan kejahatan atau kriminal dapat berkurang dengan sendirinya.
Menurutnya, kita perlu berbangga karena momen ini diadakan dan menghasilkan kesepakatan bersama sehingga hal ini merupakan satu keberhasilan dan perjuangan yang sangat berharga sehingga kedepannya selain peranan orang tua, pihak keamanan harus menjalankan tugasnya dengan baik sehingga tercipta kedamaian dan mengendalikan pemuda ke jalan yang benar lewat sosialisasi agar masyarakat dapat mengerti hukum dengan baik.
Senada, Ketua Karang Taruna Pasir Putih desa Nemberala, perwakilan Maneleo desa Nembarala, Yusuf Mengge, Sabtu (5/8/17) mengatakan konflik yang terjadi antara kedua pemuda di desa Oenitas dan Nemberala terjadi karena kesalahpahaman dan hal yang pasti bahwa itu diluar kendali maneleo apalagi menghendaki hal tersebut sehingga kami bersyukur bahwa kita diundang untuk menyepakati beberapa hal penting untuk membangun pemuda di Rote Barat.
“masa depan pemuda sangat panjang oleh karena itu tinggalkan masa lalu dan mari kita hidup baru untuk kebersamaan. Sedeoen dan Nembarala adalah satu jadi mari kita satukan kekuatan ini untuk bangkit bersama sehingga diharapkan kepada pihak gereja juga membantu membangun sebuah pemahaman tentang kebersamaan dalam setiap hari raya kristen. Kedepannya kedua pemuda dari desa Oenitas dan Nemberala melakukan selamatan bersama, kita harus membangun kebersamaan ini. akan ada potensi besar jika kita mengelola pemuda dengan baik karena ini poros wisata, marilah kita akhiri konflik ini untuk masa depan kita sendiri,” jelasnya.
Sementara itu, wakil Bupati Rote Ndao, Jonas C. Lun, S. Pd mengapresiasikan kesadaran pemuda pemudi di Rote Barat yang ingin mengatasi masalahnya sendiri.masalah itu biasa tetapi luar biasa adalah mengatasi masalah ini sendiri sehingga hal tersebut merupakan suatu modal yang sudah patut dan layak bagi pemuda di daerah ini untuk berkomitmen membuat daerah ini baik dan aman bahkan tidak ada sendi atau gesekan sedikitpun untuk saling menciderai di tengah masyarakat.
“ini adalah pelajaran untuk memperbaiki diri sendiri, oleh karena itu pemuda harus melakukan sesuatu yang baik, orang tua harus bercermin dari masa lalu, pihak keamanan dan stakeholder lainnya perlu turun langsung ke tengah masyarakat, hamba-hamba Tuhanpun harus melibatkan pemuda dalam setiap kegiatan untuk menjaga kebersamaan ini seperti yang sudah di jelaskan orang tua kita disini.untuk itu, mari kita perkuat kekerabatan ini dan lupakan masa lalu yang hanya bisa menimbulkan konflik,” kata Lun.
Harapan pemerintah adalah bahwa pemuda sebagai tulang punggung dan masa depan bangsa ini harus bangkit semoga modal spirit pemuda untuk membangun daerah ini yang telah bernaung di bawah motto “Ita Esa” berbuatlah yang baik demi nama harum pemuda, nama gereja, nama masyarakat, nama desa dan nama orang tua kalian jangan saling mencedarai satu sama lain karena kita bersaudara.
“daerah ini masih membutuhkan kalian sehingga berbuat baiklah bagi daerah ini, jadilah perekat antar wilayah dgn wilayah,menyatukan, mendekatkan satu sama dengan yang lain dan cari kebersamaan jangan utamakan perbedaannya karena dimana orang hidup rukun kesana Tuhan perintahkan Berkat, dimana orang hidup berkasih sayang disitu keutuhan kekeluargaan berada.Yang penting bukan bicaranya tetapi tindakan yang nyata,” ujar Lun. (Humas Pemkab. Rote Ndao)