ROOL – Calon Gubernur NTT, Ibrahim A Medah menjadi salah satu pembicara dalam Sarasehan Politik yang digelar PMKRI Cabang Kupang, akhir pekan kemarin. Iban Medah-sapaan karib Senator NTT ini berbicara soal akar kemiskinan NTT saat ini.
Ia menjelaskan saat ini NTT sedang kritis. Berdasarkan data statistik antara Maret 2016 sampai September 2016 jumlah penduduk miskin NTT bertambah dari 22,01 persen menjadi 22,19 persen. Kenaikannya kecil, tetapi esensinya adalah penduduk miskin tidak berkurang. Pada sisi lain APBD provinsi dan kabupaten/kota di NTT terus meningkat.
Menurut Iban Medah, banyak faktor yang mempengaruhi kemiskinan, tetapi satu faktor yang pasti adalah kemiskinan berkaitan dengan matapencaharian penduduk.
Data menunjukkan bahwa sekitar 61,55 persen angkatan kerja bekerja pada sektor pertanian. Pada sisi lain, peranan sektor pertanian dalam perekonomian NTT dilihat dari sumbangan sektor pertanian terhadap nilai PDRB dalam lima tahun terakhir terus menurun dari 30,74 persen menjadi 27,81 persen.
Sementara sektor-sektor jasa meningkat 52,56 persen menjadi 65,11 persen.
“Artinya produksi sektor pertanian terus menurun sementara serapan tenaga kerja masih sangat besar. Maka implikasinya produktivitas per kapita di sektor pertanian terus menurun,” kata Iban.
Ia juga menelisik lebih jauh tentang pergeseran tenaga kerja, dalam lima tahun terakhir, terjadi pergeseran dari sektor pertanian ke sektor-sektor jasa. Serapan tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami penurunan dari 71,90 persen menjadi 61,65 persen.
Sementara serapan tenaga kerja pada sejumlah sektor jasa meningkat dari 15,15 persen menjadi 27,82 persen dan pada sektor sekunder terjadi penurunan dari 12,95 persen menjadi 10,52 persen.
Data ini menunjukkan bahwa pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian dan industri semuanya masuk ke sektor jasa-jasa. Dengan kualifikasi pendidikan yang rendah, maka pada sektor jasa mereka tetap menjadi tenaga kasar dengan upah rendah dan cukup banyak yang bekerja tanpa upah.
“Hal ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin di NTT,” urai Iban.
Menurut Iban, persoalan utama petani NTT adalah kekurangan air dan kesulitan mengolah lahan. Karena tidak ada air, maka sebagian besar lahan tidak bisa dikelola. Di NTT tidak hanya gagal panen, tapi gagal tanam. Oleh karena itu, produktifitas pertanian sangat minim.
Untuk mengatasi masalah air, Iban memberikan solusi alokasi anggaran lima persen dari APBD provinsi dan kabupaten/kota per tahun. Maka dalam waktu lima tahun masalah air akan terselesaikan. “Dengan anggaran lima persen kita membeli mesin bor air dan juga excavator untuk membangun embung-embung di dusun-dusun,” kata Iban.
Bupati Kupang dua periode ini mengatakan masalah lain adalah kemampuan petani dalam mengolah lahan. Rata-rata setiap petani di NTT hanya mampu mengolah 0,5 hektar per tahun. Padahal lahan tidur di NTT masih sangat luas.
Oleh karena itu, solusinya adalah kembali mengalokasikan lima persen APBD untuk membeli alat berat. Alat-alat berat ini akan membuka lahan-lahan baru. Mengolah lahan untuk masyarakat di desa-desa. (sb/tim)