ROOLNEWS.ID |Di antara gulungan ombak kelas dunia Nemberala dan Bo’a yang menjadi magnet global, ada gelombang lain yang sedang dibangun di Rote Ndao, gelombang yang tak terlihat dari papan selancar, namun menentukan masa depan pulau ini. Ini adalah gelombang perjuangan melawan paradoks yang menyakitkan, sebuah surga bagi pelancong, namun medan pertempuran bagi warganya sendiri melawan stunting dan krisis air.
Statistik adalah hakim yang brutal. Dengan prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur mencapai 37% (SSGI 2024) dan Target penurunan stunting untuk NTT pada tahun 2025 adalah 33,1%., sementara itu Juni 2025 Angka prevalensi stunting di Rote Ndao disebut turun menjadi 32,4%, sebuah penurunan dari 37,4% sebelumnya. , setiap angka merepresentasikan seorang anak yang potensinya terancam dirampas. Krisis ini berakar pada tanah yang kering dan akses air yang terbatas, sebuah realitas yang kontras dengan citra Rote sebagai permata bahari.
Di tengah persimpangan inilah, SurfAid International, sebuah organisasi yang lahir dari kepedulian para peselancar, menancapkan misinya. Melalui program ambisius “One Rote Malole” (2025-2028), mereka tidak sekadar datang membawa bantuan, tetapi sebuah filosofi. “Malole,” yang berarti ‘kebaikan’ dalam bahasa Rote, menjadi penanda cita-cita, membangun “Rote yang lebih baik” dari akar rumput.
Program ini adalah sebuah manifesto penolakan terhadap model pembangunan “satu ukuran untuk semua”. Seperti yang dijelaskan oleh Agung Lenggono, Manajer Program One Rote Malole, inisiatif ini mengintegrasikan dua pilar vital, pertanian sensitif gizi dan penyediaan air bersih. Tujuannya sederhana namun fundamental: membangun ketahanan keluarga.
Pilar pertama adalah intervensi berbasis sains yang presisi dan terukur. Melalui program Kintal Gizi, SurfAid tidak hanya berteori. Mereka mendampingi 1.991 keluarga secara langsung, membekali mereka dengan ayam petelur sebagai sumber protein, mengelola kebun rumah tangga, bahkan mengadakan kelas memasak bagi para ayah untuk mendobrak stigma gender di dapur. Di sisi lain, program Rote Malole Water telah menunjukkan hasil konkret: empat unit Sarana Air Bersih (SAB) di Dusun Adek, Desa Oelolot, kini mengalirkan 16.000 liter air per hari untuk 95 kepala keluarga. Ini bukan sekadar infrastruktur; ini adalah tetesan kehidupan yang membebaskan waktu perempuan dan melindungi kesehatan anak-anak.
Namun, teknologi hanyalah kerangka kosong tanpa jiwa. Di sinilah alkemi sesungguhnya terjadi. Pilar kedua, dan yang paling krusial, adalah penghormatan dan integrasi kearifan lokal. SurfAid memahami bahwa solusi paling berkelanjutan tidak diimpor, melainkan digali dari pengetahuan yang telah diwariskan turun-temurun.
Agung Lenggono menekankan bahwa pemetaan sumber air mereka memadukan peta cekungan tanah milik Bapelitbangda dan analisis geohistori dengan pengetahuan masyarakat. Para tetua adat tahu persis di mana pohon beringin atau kusambi tumbuh subur sebagai penanda alami sumber air. Mereka mewarisi teknik menggali sumur di puncak musim kemarau, sebuah tindakan kontra-intuitif yang justru memastikan mata air akan bertahan. Sains modern menyediakan peta akuifer dan analisis geodetik; kearifan lokal memberikan konteks dan validasi di lapangan. Keduanya bukan lawan, melainkan mitra dansa.
Kolaborasi ini dijiwai oleh filosofi “Lakamola”, kisah tentang burung bijaksana penjaga alam. Pesannya bergema kuat dalam setiap kegiatan SurfAid: “Jika kamu merawat alam, maka alam akan merawatmu.” Filosofi inilah yang mengubah proyek pembangunan sumur menjadi sebuah gotong royong komunal, memastikan keberlanjutan jauh setelah para teknisi pergi.
One Rote Malole adalah bukti bahwa pembangunan yang efektif bukanlah tentang memilih antara modernitas atau tradisi, melainkan tentang merajut keduanya menjadi satu kesatuan yang kuat. Ini adalah pelajaran berharga bagi Indonesia, bahwa di dalam kearifan lokal terkandung sains ekologis yang telah teruji oleh waktu.
Pada akhirnya, program ini bertujuan untuk melunasi sebuah utang moral, untuk memastikan bahwa keindahan Rote Ndao tidak hanya dinikmati oleh pengunjung, tetapi yang terpenting, dirasakan dalam setiap gelas air bersih yang diminum dan setiap anak yang tumbuh sehat dan bebas dari stunting. Ombak di Nembrala dan Bo’a mungkin akan terus memanggil para peselancar, tetapi gelombang kebaikan “Malole” inilah yang sesungguhnya akan menentukan masa depan Rote Ndao.
Penulis :Antonetta Maryanti Lengo (Anggota KAMu Rote Ndao, Pengelola Rumah Baca Lekunik, dan Guru SMA Kristen Isra Rote Ndao)
Editor :Redaksi