roolnews.ID • Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) meluncurkan Alkitab Perjanjian Baru dan Kitab Kejadian dalam Bahasa Tii, salah satu bahasa daerah di Kabupaten Rote Ndao, Selasa (22/11) pagi, bertempat di bukit Fiulain, Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
“dengan penerjemahan Alkitab dalam bahasa Tii, anak-anak Tii akan mendengar dan belajar Firman Tuhan sebagai orang Tii” ujar Ketua Sinode GMIT, Pendeta Dr. Mery Kolimon.
Pendeta Mery berharap agar bahan katekisasi, sekolah minggu dan lainnya dibuat dalam bahasa daerah.
Ia menjelaskan, saat ini kita hidup dalam masa modern, kebanyakan anak untuk kepentingan studi belajar berbagai bahasa dan mereka malu berbahasa daerah.
Sementara itu, Wakil bupati, Jonas C. Lun dalam sambutan mengatakan peristiwa bersejarah ini merupakan napaktilas untuk mengenang sejarah yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat Kabupaten Rote Ndao hingga saat ini.
Setelah 276 tahun, Injil pun diterjemahkan ke dalam bahasa ibu Rote Ndao yaitu Alkitab dalam bahasa Rote Thie. “ini merupakan suatu terobosan dalam upaya lebih mendekatkan masyarakat Rote Ndao memahami jalan kebenaran dan hidup,” katanya.
Lun berharap dengan diluncurkan Alkitab mampu memberikan dampak yang signifikan bukan saja keimanan masyarakat di daerah ini tetapi juga memberi dampak sosiologis yaitu dapat menekan bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial di wilayah ini.
Mewakili Panitia, Zinsendorf Yosus Adu dalam laporan menyampaikan peluncuran Alkitab Bahasa Tii mengingatkan akan sejarah perkabaran Injil di Nusak Thie pada khususnya, dan Rote pada umumnya, yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah kepergian Foe Mbura, Raja Thie yang dibabtis dengan nama Benyamin Messakh. Dia berangkat ke Batavia pada tahun 1729 untuk belajar selama tiga tahun, dan pada tahun 1732 kembali ke Thie dengan diberi tongkat berkepala emas dan Alkitab untuk mengabarkan injil kepada rakyatnya. Yang pertama dilakukan adalah mendirikan gedung gereja dan mendirikan sekolah di Thie yang bertempat di Fiulain.
Masuknya Foe Mbura menjadi kristen ikut mempengaruhi raja-raja yang lain untuk mengikuti jejaknya. Maka Raja Lole, yaitu Ndi’i Hua, Raja Lelain yakni Ndara Naong, dan Raja Ba’a yaitu Tou Denggalilo, masuk Kristen bersama rakyat mereka. Hingga akhirnya, nusak – nusak lainnya menjadi Kristen yang diupayakan melalui Badan – badan Pekabaran Injil.
Lanjutnya, tongkat dan Alkitab yang diterima Foe Mbura menerangkan bahwa selain sebagai raja, ia juga mengabarkan injil. Ia seorang raja tetapi memberitakan injil kepada rakyatnya. Injil yang dibawa dan diberitakannya pada 284 tahun silam di Nusak Thie telah dirasakan hasilnya.
Dengan peluncuran kitab tersebut, semua menjadi saksi sejarah baru, yakni peluncuran karya yang maha agung yang dihasilkan oleh tim penerjemah Unit Bahasa dan Budaya, UBB-GMIT. Alkitab dalam bahasa Tii yang berjudul: Manetualain Dede’a Kokolan: Hehelu – Bartaa Beuk No Tutui Makasososak.
Salah seorang penerjemah, Profesor Dr. Charles E.Grims dari Unit Bahasa dan Budaya Sinode GMIT mengatakan, kerja penerjemahan yang dilakukan atas bimibingan Tuhan dan dapat diselesaikan setelah 13 tahun.
Dalam tugas penerjemahan, tim penerjemah menghadapi berbagai tantangan tapi tetap bertahan sampai tugas penerjemahan selesai. Sinode GMIT melihat kebutuhan untuk menghadirkan terjemahan Alkitab dalam bahasa Tii dengan didukung mitra dari luar negeri.
Untuk diketahui, Acara peluncuran Alkitab diawali dengan Fragmen singkat yang mengisahkan perjalanan Raja Thie, Foe Mbura untuk belajar Injil di Batavia (Jakarta saat ini).
Alkitab yang sudah selesai diterjemahkan tersebut, kemudian diserahkan oleh Tim UBB GMIT kepada Majelis Sinode GMITyang diterima Ketua Sinode, Pendeta, Dr.Mery Kolimon.Usai itu, Pendeta Mery Kolimon menyerahkan kepada 30 orang pendeta klasis Rote Barat Daya, 25 manaleo Nusak Thie, 10 perwakilan gereja sahabat di Nusak Thie dan diberi juga kepada anggota-anggota Tim Penerjemah Bahasa Tii dari UBB sebagai tanda terimakasih atas jasanya.
(rn01/mv)